ASTAGHFIRULLAHHH......!!!!! KURANG DARI SEMINGGU AKAT NIKAH DI MULAY MEREKA BERZINAH, DAN TAK DI SANGKA-SANGKA SESUATU TERJADI MENIMPA MEREKA......?????
Tipnoten. com - “Saya cuma menginginkan sharing serta mohon doa supaya dikuatkan”, katanya waktu kami berjumpa di satu kota selepas satu acara yang mendatangkan saya sebagai penyampai madah. Didampingi ibunda serta adik lelakinya, dia menceritakan lika-liku hidup yang mengharu-birukan hati. Walau sesekali mengusap muka serta mata dengan sapu tangan, saya insyaf, dia tambah lebih tangguh dari saya. Kisahnya diawali dengan narasi indah di semester akhir kuliah. Dia muslimah nan patuh, aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan di universitas, serta penuh dengan prestasi yang menyemangati bebrapa rekanan. Kesyukurannya semakin komplit ketika prosesnya untuk menikah lancar serta gampang. Dia tinggal mengkalkulasi hari. Detik untuk detik terasanya menyusupkan bahagia di nafasnya.
Ikhwan itu, sang calon suami, seseorang lelaki yang mungkin saja jadi idaman semuanya sepantarannya. Dia datang dari keluarga tokoh terpandang serta kaya raya, namun terang tidak manja. Juga dikenal sebagai ‘pembesar’ di kelompok beberapa aktivis, usaha yang dirintisnya sendiri mulai sejak kuliah sudah mengentas banyak kawan serta sungguh membanggakan. Awal-awal, si muslimah nan datang dari keluarga umum, seadanya, serta bersahaja itu tidak yakin diri. Namun kemauan baik dari semasing pihak menangani semua.
Tinggal sepekan lagi. Hari akad serta walimah itu tinggal tujuh hari mendekati, saat sang ikhwan dengan mobil barunya datang ke tempat tinggal yang dikontraknya berbarengan akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terperanjat saat si calon suami terlihat sendiri. Ya, hari itu mereka merencanakan meninjau tempat tinggal calon rumah yang bakal mereka surgakan berbarengan. Angkahnya, ibunda si lelaki serta adik perempuannya bakal beserta supaya batas syari’at tetaplah terbangun.
“'Afwan Ukhti, ibu serta adik tak jadi turut lantaran mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung”, tutur ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan muka sesal serta terasa bersalah. “’Afwan juga, adakah sebagian akhwat rekan Anti yang dapat mengikuti supaya gagasan hari ini tetaplah jalan? ”
“Sayangnya tak ada. ‘Afwan, semuanya tengah ada acara serta kepentingan lain. Dapatkah dipending? ”
“Masalahnya besok saya mesti pergi keluar kota untuk sekian hari. Kelihatannya tidak ada saat lagi. Bagaimana? ”
Pada akhirnya dengan memaksa serta membujuk, salah seseorang kawan kontrakan sang Ukhti sudi temani mereka. Namun bi-idzniLlah, di dalam jalan sang rekan ditelepon rekanan lain untuk satu kepentingan yang tuturnya kritis serta darurat. “Saya menyesal biarkan turun di dalam perjalanan”, kata muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. “Meskipun kami jagalah sebaik-baiknya dengan duduk beda baris, dia di depan serta saya di belakang, saya insyaf, itu awal semuanya petakanya. Kami sangat memudah-mudahkan. AstaghfiruLlah. ”
Ringkas narasi, mereka pada akhirnya mesti berdua saja meninjau tempat tinggal baru tempat nantinya surga cinta itu bakal di bangun. Tempat tinggal itu tidak besar. Namun asri serta nyaman. Tak megah. Namun anggun serta teduh.
Artikel berkaitan : Satu minggu Sebelumnya Menikah Mereka Berzinah, Tidak Diduga-sangka Suatu hal Berlangsung, Astaghfirullah..
Apakah Anak Hasil Perzinahan Dapat Masuk Surga? Ini jawabanya
Tipnoten. com - Asalamu'alaikum warahmatullahi wab...
“Kisahnya tidak berhenti hingga di situ”, lanjutnya sesudah agak tenang. “Pulang dari sana kami ada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami geram. Geram pada diri kami. Geram pada adik serta ibu. Geram pada kawan yang memaksa turun di jalan. Geram pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Terasa kotor. Terasa jijik. Saya selalu menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan bimbang. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami terasa hancur. ”
Serta kecelakaan itupun berlangsung. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Pas sepekan sebelumnya pernikahan.
“Setelah nyaris empat bln. koma”, sambungnya, “Akhirnya saya sadar. Pemulihan yang sungguh mengonsumsi saat itu diperberat oleh berita yang awalannya saya bingung mesti mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu menghasilkan karunia. ” Saya takjub pada pilihan tuturnya. Dia menyebutnya “karunia”. Sungguh tidak gampang untuk mengucap itu untuk orang yang terluka oleh dosa.
“Yang lebih bikin saya terasa langit roboh serta bumi menekan adalah”, tuturnya terisak lagi, “Ternyata calon suami saya, bapak dari anak saya, wafat ditempat dalam kecelakaan itu. ”
“Subhanallah”, saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yang saat ini digendong oleh sang paman itu. Engkaulah rupanya Nak, pemberi tanda dosa yang perlu di cintai itu. Engkaulah rupanya Nak, karunia yang mengikuti kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yang datang sesudah ujian.
“Doakan saya kuat Ustadz”, katanya. Mendadak, panggilan “Ustadz” itu merasa menyengat saya. Sergapan rasa tidak layak terasanya melumuri semua badan. Bagaimana saya bakal berbicara dihadapan seseorang yang demikian tegar memikul semuanya derita, bahkan juga saat keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya demikian rupa. Saya masihlah bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya serta terhormat itu, menyampaikan, “Bagaimana kami dapat yakin kalau itu cucu kami serta bukanlah hasil ketaksenonohanmu dengan pria lain yang bikin putra kami tersayang wafat lantaran frustrasi? ”
“Doakan saya Ustadz”, kembali dia menyentak. “Semoga keteguhan serta kesabaran saya atas ujian ini tidak beralih jadi kekerasan hati serta tidak tahu malu. Serta mudah-mudahan sesal serta taubat ini tidak menghambat saya dari menyukai anak itu sepenuh hati. ” Aduhai, surga masihlah jauh. Bahkan juga pinta doanya juga mengagumkan.
Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang melakukan perbaikan diri dengan sepenuh hati. Bersihkan dia dari dosa-dosa saat lantas dengan kesabarannya melalui hari-hari berbarengan sang buah hati. Allah, balasi setiap kegigihannya menyukai pemberi tanda dosa dengan kemuliaan di sisiMu serta di segi beberapa orang beriman. Allah, sebab ayahnya sudah Kau panggil, kami titipkan anak manis serta shalihah ini kedalam pengasuhanMu nan Maha Rahman serta Rahim.
Allah, janganlah juga ijinkan hati kami sesedikit apa pun mengejek jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kalimat Imam Ahmad ibn Hanbal dalam Kitab Az Zuhd yang senantiasa menginsyafkan kami. “Sejak dahulu kami menyetujui”, catat beliau, “Bahwa bila seorang mengejek saudara mukminnya atas satu dosa, dia takkan mati hingga Allah mengujinya dengan dosa yang seumpama dengannya. ”
Mari menjadikan cerita di bawah ini sebagai pelajaran, tidak untuk bermudah-mudahan dalam berhubungan dengan lawan type. Apa pun keadaannya. Bagaimanapun langkahnya. Ditambah lagi dengan bumbu “ta’aruf syar’i”, “khitbah”, tetapi tanpa ada diiringi dengan pengetahuan yang benar dalam aplikasinya? Syaithan demikian semangatnya dalam menggelincirkan manusia. Jika yang memiliki loabel “aktivis dakwah” saja tergelincir dalam tipu muslihatnya, bagaimanatah lagi dengan kami yang sebatas memiliki loabel ‘orang awam”?
Sumber : Buku ‘Menyimak Kicau Merajut Makna’ ust. Salim A. Fillah, dikisahkan cerita sama berdasar pada pembicaraan si wanita pada beliau. Judul asli, ‘Mencintai Pemberi tanda Dosa’, Hidayatullah, yhougam, akhwat muslimah
Ikhwan itu, sang calon suami, seseorang lelaki yang mungkin saja jadi idaman semuanya sepantarannya. Dia datang dari keluarga tokoh terpandang serta kaya raya, namun terang tidak manja. Juga dikenal sebagai ‘pembesar’ di kelompok beberapa aktivis, usaha yang dirintisnya sendiri mulai sejak kuliah sudah mengentas banyak kawan serta sungguh membanggakan. Awal-awal, si muslimah nan datang dari keluarga umum, seadanya, serta bersahaja itu tidak yakin diri. Namun kemauan baik dari semasing pihak menangani semua.
Tinggal sepekan lagi. Hari akad serta walimah itu tinggal tujuh hari mendekati, saat sang ikhwan dengan mobil barunya datang ke tempat tinggal yang dikontraknya berbarengan akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terperanjat saat si calon suami terlihat sendiri. Ya, hari itu mereka merencanakan meninjau tempat tinggal calon rumah yang bakal mereka surgakan berbarengan. Angkahnya, ibunda si lelaki serta adik perempuannya bakal beserta supaya batas syari’at tetaplah terbangun.
“'Afwan Ukhti, ibu serta adik tak jadi turut lantaran mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung”, tutur ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan muka sesal serta terasa bersalah. “’Afwan juga, adakah sebagian akhwat rekan Anti yang dapat mengikuti supaya gagasan hari ini tetaplah jalan? ”
“Sayangnya tak ada. ‘Afwan, semuanya tengah ada acara serta kepentingan lain. Dapatkah dipending? ”
“Masalahnya besok saya mesti pergi keluar kota untuk sekian hari. Kelihatannya tidak ada saat lagi. Bagaimana? ”
Pada akhirnya dengan memaksa serta membujuk, salah seseorang kawan kontrakan sang Ukhti sudi temani mereka. Namun bi-idzniLlah, di dalam jalan sang rekan ditelepon rekanan lain untuk satu kepentingan yang tuturnya kritis serta darurat. “Saya menyesal biarkan turun di dalam perjalanan”, kata muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. “Meskipun kami jagalah sebaik-baiknya dengan duduk beda baris, dia di depan serta saya di belakang, saya insyaf, itu awal semuanya petakanya. Kami sangat memudah-mudahkan. AstaghfiruLlah. ”
Ringkas narasi, mereka pada akhirnya mesti berdua saja meninjau tempat tinggal baru tempat nantinya surga cinta itu bakal di bangun. Tempat tinggal itu tidak besar. Namun asri serta nyaman. Tak megah. Namun anggun serta teduh.
Artikel berkaitan : Satu minggu Sebelumnya Menikah Mereka Berzinah, Tidak Diduga-sangka Suatu hal Berlangsung, Astaghfirullah..
Apakah Anak Hasil Perzinahan Dapat Masuk Surga? Ini jawabanya
Tipnoten. com - Asalamu'alaikum warahmatullahi wab...
“Kisahnya tidak berhenti hingga di situ”, lanjutnya sesudah agak tenang. “Pulang dari sana kami ada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami geram. Geram pada diri kami. Geram pada adik serta ibu. Geram pada kawan yang memaksa turun di jalan. Geram pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Terasa kotor. Terasa jijik. Saya selalu menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan bimbang. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami terasa hancur. ”
Serta kecelakaan itupun berlangsung. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Pas sepekan sebelumnya pernikahan.
“Setelah nyaris empat bln. koma”, sambungnya, “Akhirnya saya sadar. Pemulihan yang sungguh mengonsumsi saat itu diperberat oleh berita yang awalannya saya bingung mesti mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu menghasilkan karunia. ” Saya takjub pada pilihan tuturnya. Dia menyebutnya “karunia”. Sungguh tidak gampang untuk mengucap itu untuk orang yang terluka oleh dosa.
“Yang lebih bikin saya terasa langit roboh serta bumi menekan adalah”, tuturnya terisak lagi, “Ternyata calon suami saya, bapak dari anak saya, wafat ditempat dalam kecelakaan itu. ”
“Subhanallah”, saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yang saat ini digendong oleh sang paman itu. Engkaulah rupanya Nak, pemberi tanda dosa yang perlu di cintai itu. Engkaulah rupanya Nak, karunia yang mengikuti kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yang datang sesudah ujian.
“Doakan saya kuat Ustadz”, katanya. Mendadak, panggilan “Ustadz” itu merasa menyengat saya. Sergapan rasa tidak layak terasanya melumuri semua badan. Bagaimana saya bakal berbicara dihadapan seseorang yang demikian tegar memikul semuanya derita, bahkan juga saat keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya demikian rupa. Saya masihlah bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya serta terhormat itu, menyampaikan, “Bagaimana kami dapat yakin kalau itu cucu kami serta bukanlah hasil ketaksenonohanmu dengan pria lain yang bikin putra kami tersayang wafat lantaran frustrasi? ”
“Doakan saya Ustadz”, kembali dia menyentak. “Semoga keteguhan serta kesabaran saya atas ujian ini tidak beralih jadi kekerasan hati serta tidak tahu malu. Serta mudah-mudahan sesal serta taubat ini tidak menghambat saya dari menyukai anak itu sepenuh hati. ” Aduhai, surga masihlah jauh. Bahkan juga pinta doanya juga mengagumkan.
Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang melakukan perbaikan diri dengan sepenuh hati. Bersihkan dia dari dosa-dosa saat lantas dengan kesabarannya melalui hari-hari berbarengan sang buah hati. Allah, balasi setiap kegigihannya menyukai pemberi tanda dosa dengan kemuliaan di sisiMu serta di segi beberapa orang beriman. Allah, sebab ayahnya sudah Kau panggil, kami titipkan anak manis serta shalihah ini kedalam pengasuhanMu nan Maha Rahman serta Rahim.
Allah, janganlah juga ijinkan hati kami sesedikit apa pun mengejek jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kalimat Imam Ahmad ibn Hanbal dalam Kitab Az Zuhd yang senantiasa menginsyafkan kami. “Sejak dahulu kami menyetujui”, catat beliau, “Bahwa bila seorang mengejek saudara mukminnya atas satu dosa, dia takkan mati hingga Allah mengujinya dengan dosa yang seumpama dengannya. ”
Mari menjadikan cerita di bawah ini sebagai pelajaran, tidak untuk bermudah-mudahan dalam berhubungan dengan lawan type. Apa pun keadaannya. Bagaimanapun langkahnya. Ditambah lagi dengan bumbu “ta’aruf syar’i”, “khitbah”, tetapi tanpa ada diiringi dengan pengetahuan yang benar dalam aplikasinya? Syaithan demikian semangatnya dalam menggelincirkan manusia. Jika yang memiliki loabel “aktivis dakwah” saja tergelincir dalam tipu muslihatnya, bagaimanatah lagi dengan kami yang sebatas memiliki loabel ‘orang awam”?
Sumber : Buku ‘Menyimak Kicau Merajut Makna’ ust. Salim A. Fillah, dikisahkan cerita sama berdasar pada pembicaraan si wanita pada beliau. Judul asli, ‘Mencintai Pemberi tanda Dosa’, Hidayatullah, yhougam, akhwat muslimah
ASTAGHFIRULLAHHH......!!!!! KURANG DARI SEMINGGU AKAT NIKAH DI MULAY MEREKA BERZINAH, DAN TAK DI SANGKA-SANGKA SESUATU TERJADI MENIMPA MEREKA......?????
Reviewed by Unknown
on
19.49
Rating:
Tidak ada komentar