DPR SEBUT POLISI LAH TERORIS SESUNGGUHNYA,BUKAN SANTOSO......BACA BERITA SELENGKAPNYA DI BAWAH INI.....????
OkTerus. com – Pernyataan Ketua Panitia Spesial Rancangan Undang-undang Terorisme DPR RI Muhammad Syafii yang menyebutkan bila polisi yaitu teroris yang sebenarnya di Poso, serta Santoso tak disangka sebagai teroris, begitu melukai perasaan aparat kepolisian yang tengah bertugas di daerah itu.
“Kami begitu menyesalkan pernyataan seperti itu. Polisi ada di Poso lantaran perintah negara serta menggerakkan amanat undang-undang, ” tutur Kepala Bagian Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto.
Kata Hari, polisi di Poso adalah perwakilan negara hingga mustahil bila polisi menyakiti orang-orang yg tidak bersalah.
.
“Jadi bila pak Muhammad Syafii menyebutkan kalau polisi-lah teroris yang sesungguhnya di Poso, ini begitu melukai perasaan beberapa ribu polisi yang bertugas disana, ” ungkap Hari.
Muhammad Syafii dalam pernyatannya di satu media lokal Palu mengatakan, bila sesudah wafatnya Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, situasi di Poso, begitu aman, tenteram serta tak ada masalah. Itu lantaran polisi tak akan ada di sana serta orang-orang di Poso tak melihat grup Santoso sebagai teroris.
Kata Syafii, untuk orang-orang Poso teror sesungguhnya datang dari aparat kepolisian lantaran orang-orang di sana memiliki dendam yang mengagumkan pada polisi akibat banyak aparat yang lakukan pelanggaran HAM berat.
Syafii juga menyampaikan kalau jenazah Santoso disambut oleh beberapa ribu orang dari beragam kelompok di Poso bahkan juga mereka membawa tulisan selamat datang syuhada. Sesaat di segi lain, mereka mengharapkan supaya aparat kepolisian selekasnya angkat kaki dari kota mereka.
Hari Suprapto menyangkal pernyataan-pernyataan Muhammad Syafii kalau warga Poso tak menginginkan hadirnya polisi di sana serta orang-orang menaruh dendam pada polisi, walau sebenarnya demikian sebaliknya, orang-orang begitu senang dengan hadirnya polisi sebab mereka terasa lebih aman serta tenteram untuk beraktivitas keseharian.
Ia juga menyangkal ada beberapa ribu warga orang menyongsong jenazah Santoso di Poso Pesisir dengan membawa spanduk bertuliskan “selamat datang syuhada. Yang benar yaitu warga yang menyongsong itu cuma sekitaran 150-an orang. Itupun umumnya dari mereka yang penasaran menginginkan lihat Santoso serta mereka yang terasa terancam tak ada di penguburan dan beberapa lagi petugas yang kenakan pakaian preman.
“Warga yang benar-benar simpatisan Santoso yang ada waktu pemakaman paling-paling sekitaran 50-an orang, ” tuturnya.
“Spanduk bertuliskan selamat datang syuhada juga cuma ada satu yang ditempatkan di kuburan, ” ucap Hari Suprapto.
Hari inginkan semuanya pihak lihat serta mengerti secara detail masalah di Poso sebelumnya keluarkan pernyataan supaya bebrapa usaha berbarengan semua aparat keamanan dengan orang-orang untuk pelihara kondisi Poso yang aman serta tenteram dan toleransi bakal sesegara mungkin saja meraih hasil yang dikehendaki.
Juru bicara Operasi Tinombala Poso itu juga menginginkan ikut serta media untuk memberitakan beberapa hal yang berguna tentang hadirnya aparat Polri serta TNI untuk memberantas gerakan terorisme di Poso.
“Saya sangka, wartawan dengan kebebasannya yang dilindungi UU serta kode etik jurnalistik mempunyai pekerjaan dan tanggung jawab yang sama juga dengan polisi serta aparat negara yang lain yaitu membuat perlindungan kebutuhan orang-orang, bangsa serta Negara hingga terorisme serta pelaku teror seyogianya jadi musuh berbarengan, ” terangnya.
Penulis : Ariestia Fiky | Editor : Atta Pratama
“Kami begitu menyesalkan pernyataan seperti itu. Polisi ada di Poso lantaran perintah negara serta menggerakkan amanat undang-undang, ” tutur Kepala Bagian Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto.
Kata Hari, polisi di Poso adalah perwakilan negara hingga mustahil bila polisi menyakiti orang-orang yg tidak bersalah.
.
“Jadi bila pak Muhammad Syafii menyebutkan kalau polisi-lah teroris yang sesungguhnya di Poso, ini begitu melukai perasaan beberapa ribu polisi yang bertugas disana, ” ungkap Hari.
Muhammad Syafii dalam pernyatannya di satu media lokal Palu mengatakan, bila sesudah wafatnya Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, situasi di Poso, begitu aman, tenteram serta tak ada masalah. Itu lantaran polisi tak akan ada di sana serta orang-orang di Poso tak melihat grup Santoso sebagai teroris.
Kata Syafii, untuk orang-orang Poso teror sesungguhnya datang dari aparat kepolisian lantaran orang-orang di sana memiliki dendam yang mengagumkan pada polisi akibat banyak aparat yang lakukan pelanggaran HAM berat.
Syafii juga menyampaikan kalau jenazah Santoso disambut oleh beberapa ribu orang dari beragam kelompok di Poso bahkan juga mereka membawa tulisan selamat datang syuhada. Sesaat di segi lain, mereka mengharapkan supaya aparat kepolisian selekasnya angkat kaki dari kota mereka.
Hari Suprapto menyangkal pernyataan-pernyataan Muhammad Syafii kalau warga Poso tak menginginkan hadirnya polisi di sana serta orang-orang menaruh dendam pada polisi, walau sebenarnya demikian sebaliknya, orang-orang begitu senang dengan hadirnya polisi sebab mereka terasa lebih aman serta tenteram untuk beraktivitas keseharian.
Ia juga menyangkal ada beberapa ribu warga orang menyongsong jenazah Santoso di Poso Pesisir dengan membawa spanduk bertuliskan “selamat datang syuhada. Yang benar yaitu warga yang menyongsong itu cuma sekitaran 150-an orang. Itupun umumnya dari mereka yang penasaran menginginkan lihat Santoso serta mereka yang terasa terancam tak ada di penguburan dan beberapa lagi petugas yang kenakan pakaian preman.
“Warga yang benar-benar simpatisan Santoso yang ada waktu pemakaman paling-paling sekitaran 50-an orang, ” tuturnya.
“Spanduk bertuliskan selamat datang syuhada juga cuma ada satu yang ditempatkan di kuburan, ” ucap Hari Suprapto.
Hari inginkan semuanya pihak lihat serta mengerti secara detail masalah di Poso sebelumnya keluarkan pernyataan supaya bebrapa usaha berbarengan semua aparat keamanan dengan orang-orang untuk pelihara kondisi Poso yang aman serta tenteram dan toleransi bakal sesegara mungkin saja meraih hasil yang dikehendaki.
Juru bicara Operasi Tinombala Poso itu juga menginginkan ikut serta media untuk memberitakan beberapa hal yang berguna tentang hadirnya aparat Polri serta TNI untuk memberantas gerakan terorisme di Poso.
“Saya sangka, wartawan dengan kebebasannya yang dilindungi UU serta kode etik jurnalistik mempunyai pekerjaan dan tanggung jawab yang sama juga dengan polisi serta aparat negara yang lain yaitu membuat perlindungan kebutuhan orang-orang, bangsa serta Negara hingga terorisme serta pelaku teror seyogianya jadi musuh berbarengan, ” terangnya.
Penulis : Ariestia Fiky | Editor : Atta Pratama
DPR SEBUT POLISI LAH TERORIS SESUNGGUHNYA,BUKAN SANTOSO......BACA BERITA SELENGKAPNYA DI BAWAH INI.....????
Reviewed by Unknown
on
17.55
Rating:
Tidak ada komentar